Tetebatu Selatan, kita semua pasti sudah tahu adat Lombok yang kalau menikah menggunakan acara NYONGKOLAN, seperti yang terjadi di salah satu desa di kecamatan sikur, tepatnya di Dusun Lekong Pituk Desa Tetebatu Selatan, ketika proses nyongkolan pasangan Masmu’ah (Tetebatu Selatan) dan Maldy (Kotaraja) pada hari Rabu, 14 Maret 2012 sekitar pukul 17.15 WITA yang berujung tauran antara warga Tetebatu Selatan dengan rekan nyongkolan dari kotaraja. Beruntung tidak ada koban jiwa dari peristiwa ini, namun beberapa warga tetebatu selatan mengalami luka-luka karena diserang oleh rekan nyongkolan dari kotaraja. “Awal terjadinya tauran adalah ketika seseorang yang dari tetebatu (orang bisu dan tuli) joget saat mendengarkan music Cilokak (music yang mengiringi pengantin ketia nyongkolan), saat itu rekan nyongkolan dari kotaraja dengan keras memarahi orang buta + tuli tersebut, dan saya langsung menasehati orang kotaraja tersebut, akan tetapi mereka malah memarahi dan menyerang saya, sayapun sempat membela diri, namun mereka terlalu banyak, sayapun dipukuli bersama beberapa orang (Tetebatu Selatan) yang membela saya dan orang tuli + bisu tersebut, kemudian saya lari ke dalam perumahan warga untuk mengamankan diri, karena banyak warga Tetebatu Selatan yang tidak menerima hal tersebut, merekapun mendatangi orang-orang kotaraja yang terlibat tauran, karena situasi yang memanas dan warga tidak ada yang mau mengalah, tauranpun terjadi”, kata PAJRI (salah satu korban dalam tauran).
Beliau juga menambahkan “Itu hal yang wajar terjadi, ketika proses nyongkolan, tidak menutup kemungkinan banyak rekan nyongkolan yang minum minuman keras, sehingga mereka tak sadar 100%, mereka joget dan apabila mereka sedikit tersinggung , mereka langsung marah dan mengamuk.
Tauran terjadi di RT. 05 Lekong Pituk Desa Tetebatu Selatan tepatnya di depan SDN 1 TETEBATU, ketika itu banyak warga yang di tengah jalan, kendaraan baik motor maupun mobil macet total, sehingga jalan terisi penuh oleh massa, karena hal tersebutlah ketika tauran terjadi banyak warga yang tidak bersalah terkena pukulan dan mereka tidak menerima tiba-tiba dipukuli tanpa sebab, akhirnya merekapun terlibat dalam tauran.
Tauran terjadi sekitar 20 menit, beruntung tauran tersebut cepat berakhir, karena banyak tokoh masyarakat Tetebatu Selatan yang ikut mendinginkan suasana baik keluarga mempelai, maupun tokoh-tokoh masyarakat yang lain.