Senin, 11 Januari 2016

Kelas Inspirasi Lombok jilid 3 edisi Jelajah Pulau..

Suara Kampung Timur // Setelah sukses menggelar Kelas Inspirasi Lombok 1di Kabupaten Lombk Barat,Lalu dilanjutkan dengan Kelas Inspirasi Lombok #2 di Tetebatu Lombok Timur.kini barisan relawan kelas inspirasi Lombok yang digawangi Surya Fira Yama (Karyawan swasta ),Fathul Rakhman ( Jurnalis ) dan beberapa volunter heboh lainnya,seperti Riza harlina,agus aji,ikha zain,suriani mursal,gogon journey,dll siap menggelar agenda Kelas Inspirasi Lombok#3 edisi jelajah Pulau.

Pendaftaran relawan Kelas inspirasi Lombok 3 edisi jelajah Pulau sudah mulai dibuka sejak tanggal 11 januari hingga 4 maret 2016.melalui website resmi kelas inspirasi lombok www.kelasinspirasilombok.org.

Menurut koordinator pelaksana kegiatan kelas inspirasi lombok 3 ,surya fira yama.agenda kelas Inspirasi kali ini berlokasi di beberapa gili di antaranya : Gili trawangan,gili Meno,Gili Air,Gili Beleq,Gili maringkik,Gili Asahan,Gili Gede.

Kelas inspirasi,adalah sebuah program turunan dari program Indonesia mengajar yang diinisiasi oleh Yayasan Indonesia mengajar sejak beberapa Tahun belakangan ini.jika program Indonesia mengajar mengirimkan relawan guru ke berbagai sekolah dasar di beberapa  pelosok terpencil  Tanah air untuk mengajar,beradaptasi,berinovasi untuk kegiatan pembelajaran dan membangun kreativitas dan cita-cita anak indonesia selama satu Tahun.berbeda halnya dengan Kelas Inspirasi yang hanya dilaksanakan selama satu hari di beberapa sekolah yang telah ditentukan dan layak menjadi target program.

menariknya,para relawan dari berbagai profesi yang berasal dari berbagai tempat diseluruh indonesia,hadir dengan dana sendiri baik untuk akomodasi,konsumsi dan transportasi hingga ke sekolah sasaran,sebab kegiatan kelas inspirasi ini memang dihajatkan sebagai kegiatan voluntary murni yang tidak menerima kerjasama sponsorship dengan pihak manapun.

walau demikian semangat dan antusias relawan tak sedikitpun berkurang,visi yang sama,gerakan turun tangan yang menjadi bendera bersama tanpa ragu menjadi kekuatan tersendiri untuk meluangkan waktu menemui wajah-wajah lugu dan belia murid sekolah dasar di berbagai belahan nusantara,mereka  generasi penerus bangsa,wajah indonesia di era mendatang.

selamat dan sukses para relawan kelas inspirasi lombok,juga relawan yang pernah hadir dan akan terlibat dalam rangkaian pelaksanaan kelas inspirasi lombok 3 edisi jelajah pulau.gerakan kalian layak ditiru oleh kaum muda lainnya yang merasa terpanggil untuk ikut andil membangun cita-cita anak negeri dengan inspirasi beragam profesi. 

Salam inspirasi Indonesia....!!!

Gerakan Tete Batu Menanam 2016



Pemuda menjadi elemen penting dalam pembangunan. Kalimat yang kerap didengungkan banyak pihak itu tampak nyata dalam aksi penghijauan di Tete Batu, Lombok Timur (Lotim) akhir pekan lalu.
***
WAHYU PRIHADI, Selong.Ratusan pemuda tampak bersiap sedari pagi. Di salah satu titik di lokasi wisata Tete Batu, mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Tanpa dikomando semua mengambil peran, tak mau ketinggalan untuk berbuat. Persiapan sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu, bahkan tak jarang sampai malam hari.
Mereka yang tampak bergerombol itu bukan hendak berdemonstrasi. Ada agenda yang menurutnya jauh lebih nyata dan bermanfaat dari pada sekadar unjuk rasa.
“Kami semua mau menanam pohon,” kata Sekretaris Panitia Gerakan Tetebatu Menanam 2016 Salman Hafiz.
Hari itu ia dan rekan lainnya tampak begitu bersemangat. Mereka yang tergabung dalam Aliansi Kelompok Sadar Wisata Tete Batu (Alpokat) merasa perlu berbuat memberikan aksi nyata. Komunitas Ekowisata Indonesia ( IEC ) wilayah Lombok juga turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut.
Para pemuda itu tak sendirian. Mereka berhasil menggandeng sebuah perusahaan untuk membantu pengadaan ribuan bibit pohon. Semuanya akan ditanam di lingkar kawasan dan Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Rinjani ( TNGR ) Resort di Joben.
Hari itu para pemuda juga mampu merangkul pihak lain untuk berpartisipasi, diantaranya perwakilan pemerintah oleh Kadis Dikpora Lotim Mahsin, Danrem 162 Wirabhakti Kolonel CZI Lalu Rudy Irham Srigede, Anggota DPR RI HM.Syamsul Lutfi, Kepala Resort TNGR, Joben, Wasmat dan perwakilan PT.Bentoel Group : Eka Kurniawan Saputra.
Dia menuturkan kegiatan ini merupakan aksi nyata kepedulian lingkungan kelompok pemuda yang juga pelaku kegiatan ekowisata di Tete Batu. Kegiatan ini juga diharapkan mampu mendorong kepedulian dan aksi turun tangan secara terus menerus oleh berbagai elemen masyarakat lainnya untuk menjaga hutan,konservasi lingkungan hidup dan sumber mata air.
Sementara itu Danrem 162 Whirabhakti Kolonel CZI Lalu Rudy Irham Srigede menegaskan bahwa inisiasi seperti yang dilakukan kelompok pemuda dan masyarakat seperti aksi penghijauan ini sangat penting dan harus terus didukung. Menurutnya lingkungan hidup dan hutan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
“Salut dengan anak muda yang mau peduli,” katanya.
Pembukaan gerakan Tetebatu Menanam 2016, juga dirangkaikan dengan perkemahan Tetebatu Hijau sejak tanggal 2-3 Januari 2016. Kemudian pemberian santunan kepada 150 anak kurang mampu di sekitar kawasan Hutan TNGR, dan penanaman bibit Pohon oleh peserta yang hadir.termasuk Partisipasi Persatuan Guru Republik Indonesia 
( PGRI ) Lombok Timur. WAHYU PRIHADI(r3)


Jumat, 08 Januari 2016

Foto : Raja Lombok
( sumber : Tropenmuseum Royal Tropical Institute Belanda )
KEDATUAN LAEQ SEBAGAI AWAL MULA NEGARA SASAK

“Lengan Laeq” itulah salah satu ungkapan populer bahasa sasak yang bermakna “ Sejak Zaman dulu”atau di sederhanakan  artinya menjadi “ sejak dulu”.
kata ini digunakan dalam bahasa sasak keseharian hingga sekarang,makna generalnya adalah “penunjukan terhadap waktu terjadinya sesuatu yang sudah lama berlalu” .ada kecurigaan tidak ilmiah saya bahwa kata “Laeq” lahir dan populer digunakan dalam bahasa sasak,karena kata ini disadur dari nama kedatuan ( kerajaan ) paling lama dan tertua yang dikenal leluhur bangsa sasak dan hal tersebut dinisbatkan dalam penggunaan ungkapan “Laeq” itu sendiri. Akan tetapi sekali lagi ini hanya kecurigaan tidak ilmiah saya,yang tentu tidak diperkuat dengan data,analisis dan hasil penelitian para ahli tertentu.

seandainya bahasa dan teori-teori sosiolonguistik cukup untuk dijadikan jawaban terhadap kegamangan sejarah tanah sasak,wabilkhusus menyatukan persepsi tentang kerajaan pertama dan tertua di lombok.”barangkali kedatuan Laeq” adalah jawabannya.

Dan di antara sumber sejarah yang bisa digunakan untuk menjelaskan asal usul dari Lombok adalah Babad Lombok. Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau Lombok bernama Kerajaan Laeq. Tapi, sumber lain, yaitu Babad Suwung menyatakan bahwa, bahwa kerajaan tertua di Lombok adalah kerajaan Suwung yang dibangun dan diperintah oleh Raja Betara Indera. Setelah Kerajaan Suwung ini surut, baru muncul Kerajaan Lombok. Mana yang benar, Laeq atau Suwung? Hingga artikel ini ditulis , Semuanya masih dalam perdebatan.

Dalam salah satu versi sejarah yang berkembang,disebutkan bahwa  Pada awalnya, kerajaan yang berdiri adalah Laeq. Diperkirakan, posisinya berada di kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu kerajaan Pamatan, di Aikmel, desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini berdekatan dengan Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani meletus, menghancurkan desa dan kerajaan yang berada di sekitarnya. Para penduduk menyebar menyelamatkan diri ke wilayah aman. Perpindahan tersebut menandai berakhirnya kerajaan Pamatan.

Setelah Pamatan berakhir, muncullah kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah, kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit pada tahun 1357 M. Raden Maspahit, penguasa kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.

Berkaitan dengan Selaparang, kerajaan ini terbagi dalam dua periode: pertama, periode Hindu yang berlangsung dari abad ke-13 M, dan berakhir akibat ekspedisi kerajaan Majapahit pada tahun 1357 M; dan kedua, periode Islam, berlangsung dari abad ke-16 M, dan berakhir pada abad ke-18 (1740 M), setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan kerajaan Karang Asem, Bali dan Banjar Getas.

Sebelum Abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit, dengan dikirimkannya Maha Patih Gajah Mada ke Lombok. Pada akhir abad ke 16 sampai awal abad ke 17, lombok banyak dipengaruhi oleh Jawa Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri, juga dipengaruhi oleh Makassar. Hal ini yang menyebabkan perubahan agama di suku Sasak, yang sebelumnya Hindu menjadi Islam.

Pada awal abad ke 18 M, Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gel Gel Bali. Peninggalan Bali yang sangat mudah dilihat adalah banyaknya komunitas Hindu Bali yang mendiami daerah Mataram dan Lombok Barat. Beberapa Pura besar juga gampang di temukan di kedua daerah ini. Lombok berhasil bebas dari pengaruh Gel Gel setelah terjadinya pengusiran yang dilakukan kerajaan Selapang (Lombok Timur) dengan dibantu oleh kerajaan yang ada di Sumbawa (pengaruh Makassar). Beberapa prajurit Sumbawa kabarnya banyak yang akhirnya menetap di Lombok Timur, terbukti dengan adanya beberapa desa di Tepi Timur Laut Lombok Timur yang penduduknya mayoritas berbicara menggunakan bahasa Samawa.

Uraian di atas setidaknya bisa menunjukkan bahwa, kerajaan-kerajaan tersebut benar-benar ada, pernah berdiri, berkembang kemudian runtuh. Bagaimana informasi selanjutnya, seperti kehidupan sosial budaya masyarakat awam dan keluarga istana saat itu? Data sejarah yang ada belum banyak mengungkap fakta tersebut.

Menurut Lalu Djelenga, catatan sejarah yang lebih berarti mengenai kerajaan-kerajaan di Lombok dimulai dari masuknya ekspedisi Majapahit tahun 1343 M, di bawah pimpinan Mpu Nala. Ekspedisi Mpu Nala ini dikirim oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya untuk mempersatukan seluruh Nusantara di bawah bendera Majapahit. Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan daerah taklukannya.

Menurut Djelenga, ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak kerajaan Gel gel di Bali. Sedangkan di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu: kerajaan Bayan di barat, kerajaan Selaparang di Timur, kerajaan Langko di tengah, dan kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong Samarkaton serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini takluk di bawah Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, kerajaan dan desa-desa ini kemudian menjadi wilayah yang merdeka.

Di antara kerajaan dan desa-desa di atas, yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Pusat kerajaan ini terletak di Teluk Lombok yang strategis, sangat indah dengan sumber air tawar yang banyak. Posisi strategis dan banyaknya sumber air menyebabkannya banyak dikunjungi pedagang dari berbagai negeri, seperti Palembang, Banten, Gresik, dan Sulawesi. Berkat perdagangan yang ramai, maka kerajaan Lombok berkembang dengan cepat.

Kedatangan Penjajah Belanda
Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di nusantara. Watak imperialisme Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur perdagangan di nusantara telah menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Jalur perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk mencegah jatuhnya jalur selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur selatan dengan menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Kedatangan penjajah Eropa juga membawa misi kristenisasi, karena itu, Gowa kemudian menaklukkan Flores Barat dan mendirikan Kerajaan Manggarai untuk mencegah kristenisasi tersebut.
Ekspansi Gowa menimbulkan kekhawatiran Gelgel. Untuk mencegah agar Gelgel tidak dimanfaatkan Belanda, maka Gowa kemudian mengadakan perjanjian dengan Gelgel tahun 1624 M, yang disebut Perjanjian Sagining. Dalam perjanjian diatur, Gelgel tidak akan mengadakan perjanjian kerjasama dengan Belanda, sementara Gowa akan melepaskan kekuasaannya atas Selaparang. Perjanjian ini tidak berlangsung lama, karena masing-masing pihak melanggar isi perjanjian tersebut.
Untuk mengimbangi Gelgel yang bekerjasama dengan Belanda, kemudian Gowa bekerjasama dengan Mataram di Jawa. Selanjutnya, dalam usaha untuk memperebutkan hegemoni, akhirnya pecah peperangan antara Gowa dan Belanda di Lombok. Dalam perang tersebut, Gowa mengalami kekalahan, hingga terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda di Bungaya. Bungaya merupakan sebuah tempat yang terletak dekat pusat Kerajaan Gelgel di Klungkung, Bali, dan merupakan simbol dari dekatnya hubungan antara Gelgel dengan Belanda.

Konsekwensi kekalahan Gowa dari Belanda adalah, Gowa harus melepaskan seluruh daerah kekuasaannya di Lombok, Sumbawa dan Bima. Memanfaatkan kekosongan Gowa tersebut, Gelgel kembali mencoba menaklukkan Selaparang, namun selalu menemui kegagalan.

Walaupun Selaparang telah berhasil mengalahkan Gelgel, namun, wilayah kerajaan ini belum sepenuhnya aman dari ancaman eksternal. Dalam perkembangannya, kemudian berdiri dua kerajaan baru pada tahun 1622 M, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan. Untuk mengantisipasi ancaman, kemudian Selaparang menempatkan sepasukan kecil tentara untuk menjaga perbatasan di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.

Ternyata, kehancuran Selaparang bukan karena serangan dua kerajaan kecil ini, tapi akibat serangan ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem tahun 1672 M. Pusat Kerajaan Selaparang rata dengan tanah, sementara keluarga kerajaan semuanya terbunuh. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa tunggal di Lombok.

Hingga kini banyak yang masih bingung tentang asal muasal kedatuan di bumi sasak,hal ini tentunya karena sejarah yang simpang siur,bukti sejarah berupa artefak,naskah kuno,bangunan kuno dan keterangan serta petunjuk lainnya tak memadai,atau bisa jadi sebenarnya memadai hanya saja dibiarkan musnah,tak terpelihara sehingga selesai begitu saja. Bahkan ada sebagian kalangan yang mulai apatis dan menghembuskan issue bahwa kerajaan sasak tidak pernah ada karena tidak memiliki bukti autentik seperti kesultanan Bima,kesultanan sumbawa dan kerajaan lainnya di provinsi ini.tentu ini seharusnya menjaditugas MAJELIS ADAT SASAK ( MAS ) sebagai lembaga senior yang fokus menangani so’al warisan budaya dan tradisi sasak.namun harapan-harapan itu rupanya hanya isapan jempol karena produktivitas MAJELIS ADAT SASAK ( MAS ) terkait penertiban sejarah,adat,budaya dan tradisi mulai diragukan karena memang tak banyak berbuat untuk menerbitkan aturan,fatwa atau kebijakan strategis terkait hal tersebut.

Mari kita menunggu,kapan saatnya sejarah tanah “Lombok Mirah Sasak Adi” ini menjadi lengkap dan jelas.tak melahirkan pemaparan dan analisis yang multitafsir sehingga membingungkan generasi sasak ke depan.....”semoga saja”...


SALMAN HAFIZ ABDUSSAMAD

Ditulis dari berbagai sumber