Kamis, 18 Oktober 2012

Nyadek Aik Lang di Keselet,

Pekerjaan yang satu ini memang membutuhkan kesabaran,ketekunan dan ketaatan mengikuti beragam pantangan yang sudah menjadi tradisi turun temurun dan diakui masyarakat."Nyadek" demikian masyarakat dusun keselet desa Tetebatu selatan kabupaten lombok timur ini menyebutnya.Nyadek adalah kegiatan menyadap air nira atau "Aik Lang"y ang nantinya dijadikan bahan untuk pembuatan Gula merah.i 

kegiatan ini biasanya dilakukan pada pagi hari setelah sholat subuh ( sekitar pukul 6 pagi ) dan pada sore hari ( Pukul 6 Sore hari ).alat yang digunakan sangat tradisional yakni bambu yang sudah dibentuk menjadi wadah untuk menampung air nira berukuran sekitar 1 meter,disebut "Bonjor"dan ditutup dengan karung atau daun pinang satu pelepah saja.

3-4 bonjor air nira dapat dijadikan 1 bungkul Gula merah yang siap dipasarkan ,harganya berkisar antara 30-60 ribu rupiah setiap bungkulnya.namun harga tersebut sangat sebanding bahkan mungkin kurang jika dilihat dari proses pembuatannya,karena butuh beberapa hari dimasak dengan dengan kayu bakar dan terus diaduk hingga air nira benar-benar mengental secara sempurna dan membentuk padatan Gula Merah.

Jauh di ujung Desa Tetebatu Selatan,tepatnya di kampung Keselet kegiatan Menyadap Air Nira menjadi mata pencaharian utama.kampung yang lebih dekat dengan pemandian Otak Kokok Gading atau yang populer dengan Joben Ini memang kaya dengan Pohon Nira karena memiliki alam yang sebagian besarnya berupa perkebunan.

Aik Lang ketika disadap"Disadek" tidak boleh dengan sembarangan namun dengan hati-hati dan mesti mengikuti beberapa pantangan yang telah menjadi tradisi turun-temurun, Kata JAFRAN salah seorang petani  Penyadap Air Nira kepada tim KKampungTimur Media senin kemarin.pantangan tersebut diantaranya berupa larangan mencuri atau melakukan Nyadek oleh bukan pemilik jika dilanggar maka air Nira akan terhenti mengalir bahkan akan mati.dll 

Sayangnya  Petani Penyadap Air Nira ini tidak pernah tersentuh pembinaan,bahkan mereka tidak memiliki kelompok yang dapat dijadikan instrument untuk memediasi pembinaan dengan pemerintah setempat.karena itu kegiatan mereka meskipun menjadi mata pencaharian utama namun merekapun harus mencari tambahan penghasilan yang lain untuk memenuhi kebutuhan keseharian sementara Gula merah siap terbentuk.

(Salman hafiz/kampungtimurmedia/17 oktober 2012)

Kamis, 11 Oktober 2012


Kata seorang kawan ini pantas untuk Kita Renungkan.....

Jika semua yang kita kehendaki terus kita miliki , darimana kita
belajar IKHLAS.Jika semua yang kita impikan segera terwujud, darimana kita belajar SABAR,Jika setiap do’a kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR,
Seorang yang dekat dengan Tuhan, bukan berarti tidak ada *AIR MATA*
Seorang yang Taat pada Tuhan, bukan berarti tidak ada Kekurangan
Seorang yang Tekun berdo’a, bukan berarti tidak ada masa masa Sulit.
Biarlah Tuhan  yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena Tuhan Maha Tahu  yang tepat untuk memberikan yang Terbaik.
Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN,
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN,
Ketika hatimu terluka sangat dalam……, maka saat itu kamu sedang belajar
tentang MEMAAFKAN, Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang
KESUNGGUHAN,Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar
tentang KETANGGUHAN,Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau
tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAH – HATIAN,

Tetap Semangat….
Tetap Sabar….
Tetap Tersenyum…..
Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN

TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”……
Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan
kenyamanan.
MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA……

( Disadur dari Catatan Dahlan Iskan dari Novel "Sepatu Dahlan").

Cara Beda Memperingati Hari Kesaktian Pancasila

Bertajuk "Konser pemberontakan seni dan malam donasi 1001 Buku Ulil Albaab" malam yang bertepatan dengan hari kesaktian pancasila dan satu malam setelah meletusnya pemberontakan G30S PKI yang fenomenal dan kontroversial beberapa puluh tahun lalu itu diperingati dengan menggelar pertunjukan seni di pelataran parkir pondok pesantren yang terletak di Gegek Desa perian kecamatan montong Gading kabupaten lombok timur ini.

Para budayawan Taman Budaya mataram,penulis dan penyair bahkan musisi balada Ary Juliant yang terkenal dengan konser gerilyanya turut memeriahkan acara yang berlangsung hingga tengah malam ini.

Halaman pondok sontak ramai dan penuh derai tawa oleh puisi-puisi kocak dan tingkah polah mas Winsa penyair kawakan Teater Kamar Taman Budaya mataram.Kiki sulistyo juga tak ketinggalan membacakan syair-syairnya.warga pondok bahkan masyarakat sekitar begitu terhibur dan larut dalam kegembiraan dan mendalamnya makna syair serta  lirik lagu ary Juliant.musisi indie label yang tak berminat masuk dalam industrialisasi musik yang penuh dengan komersialisasi kapitalistik.meski telah menelurkan 30 lebih album ia masih kukuh dengan pilihan indie labelnya.

selain pertunjukan seni oleh para budayawan taman budaya mataram,pertunjukan juga diisi oleh solo vocal syakila santri asal Bali yang sudah beberapa tahun menuntut ilmu di Pondok pesantren bawah gunung ini.Penampilan Drama siswa SMK Ulil Albaab dengan sebuah lakon berjudul Bukan Putri Mandalika juga cukup membuat heboh suasana.

Pimpinan pondok pesantren Ulil Albaab TGKH.Lalu Suparlan Ahmad sangat mengapresiasi kegiatan kesenian yang digelar santri-santrinya.bahkan ia berharap kegiatan seperti ini tidak hanya dilakukan sekali melainkan dapat digelar pada waktu-waktu mendatang.baginya selain menekuni kitab kuning dan pendidikan agama yang cukup ketat juga diperlukan wadah dan moment untuk para santri menyalurkan potensi kreatifnya.

Islam dan Kesenian adalah dua tema yang harus berjalan akrab dan romantis karena sesungguhnya agama ini menyukai keindahan.

acara juga dirangkaikan dengan Pencanangan malam donasi 1001 Buku untuk Ulil Albaab dengan menggelar Teleconference ke relawan Buku yang juga Alumni Ponpes Ulil Albaab di sepuluh kota besar se- Indonesia dan beberapa kota di Timur tengah yakni Mekkah Saudi Arabia dan Kairo Mesir untuk mendukung dan menggalang sumbangan Buku.

salman hafiz/kampungtimur media/okt 2012