Selasa, 21 Februari 2012


“Merajut Asa di Usia 53 Tahun NTB”


3 Bulan Lalu  tepatnya pada tanggal 17 Desember 2011 genap 53 tahun sudah Usia daerah yang kita cintai ini, usia yang tentunya tidak muda lagi jika dibandingkan dengan kurun usia manusia.banyak kemajuan berarti  yang tentunya patut di apresiasi oleh kita semua namun masih banyak pula permasalahan yang belum tuntas yang menuntut kita untuk segera memutar otak bersama-sama melakukan evaluasi sesuai dengan kapasitas dan bidang kerja masing-masing.

Berbagai karakter kepemimpinanpun dipertontonkan dari masa ke masa mulai dari era HM.Ruslan tjakraningrat sebagai gubernur pertama hingga era HL.Serinata dan hari ini berada dibawah komando Tuan Guru Bajang KH.Zainul Majdi.MA.gubernur Termuda di Indonesia versi Rekor MURI.

Kepemimpinan BARU ( Bajang-Badrul Munir) yang telah berusia 3 tahun lebih 3 bulan memang banyak menjadi sorotan publik , bahkan melebihi partisipasi kritik,inspirasi dan aspirasi terhadap gubernur sebelumnya. Hal tersebut memang merupakan sesuatu yang wajar karena beberapa hal  pertama : Kepemimpinan BARU lahir dari sebuah proses demokrasi yang langsung oleh Rakyat.atau sederhananya Gubernur dan wakil gubernur yang pertamakali dipilih langsung rakyat Nusa Tenggara Barat karena sebelumnya pemilihan Gubernur hanya dipilih oleh para Politisi Udayana sebagai manifestasi legitimasi rakyat NTB.kedua : adanya wewenang yang cukup besar pada era kepemimpinan BARU terkait diberlakukannya UU Otonomi Daerah yang tentunya berdampak pada desentralisasi kekuasaan dan lahirnya kebijaka-kebijakan strategis pemerintah tidak hanya dari Jakarta namun kini dapat diproduk langsung dari daerah. Ketiga : BARU : lahir dari dukungan sebuah Ormas Islam yang Notabene memiliki massa terbesar di daerah ini yakni Nahdlatul Wathan ( NW) , posisi strategis dengan dukungan kolosal tersebut tentunya tidak sulit untuk rezim BARU melahirkan program-program partisipatif yang memberdayakan masyarakat.Keempat : Rekor MURI beberapa waktu lalu yang menobatkan TGB sebagai gubernur termuda di seluruh Indonesia juga menjadi harapan bagi rakyat NTB bagi mereka alasannya sederhana saja “ Usia muda dan produktif tentu lebih mampu dan lebih kuat menghadapi berbagai dinamika pembangunan dan permasalahan daerah “ sehingga dipundak TGB mereka benar-benar merajut Asa.

Terlepas dari beberapa alasan mengapa rakyat NTB menaruh harapan  besar terhadap kepemimpinan BARU namun tentu juga patut disadari bahwa pemerintah bergerak dalam sebuah sistem yang telah memiliki regulasi selama 53  tahun di daerah ini.dan BARU tak bisa bekerja sendiri untuk itu sehingga dukungan dan partisipasi semua elemen masyarakat sesuai kapasitas, tugas ,peran dan fungsinya adalah sebuah keniscayaan jika benar kita turut mendukung perwujudan NTB beriman dan berdaya saing.

Yang tak kalah penting juga adalah  memperkuat skala prioritas dalam pelaksanaan program-program kerja pemerintah khususnya berbagai program unggulan yang telah dicanangkan , tentunya dengan mempertajam sasaran dan memperkuat kualitas pengerjaan sehingga outputnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat bumi Gora.

Dengan jargon “Bangga menjadi NTB “ Ulang Tahun NTB ke 53 yang peringatannya dipusatkan di kabupaten Sumbawa selayaknya menjadi momentum untuk benar-benar memperkuat kinerja dan komitmen  kita bersama terutama eksekutif untuk bahu – membahu menjadikan NTB  benar-benar mampu dibanggakan oleh masyarakatnya sendiri bahkan oleh masyarakat Indonesia dan Dunia.

Tak Tersentuh Aspal Sejak Zaman Kemerdekaan

Miris memang nasib salah satu jalan Desa di wilayah Desa Tetebatu Selatan ini.Jalan Tanah sepanjang 2,5 Kilo meter  yang menjadi lalu lintas harian sekitar 1500 warga dari dan menuju dusun lendang penyonggok  tak pernah tersentuh pekerjaan pengerasan Jalan dalam bentuk Apapun sejak Zaman kemerdekaan hingga saat ini.

Selain sebagai Lalu lintas harian warga jalur ini juga menjadi Jalur ekonomi untuk transportasi SDA dan Jalur  yang ditempuh Para siswa dan santri dari berbagai sekolah baik yang ada di Dusun lendang penyonggok maupun di Dusun Lekong Pituk.

Kepala Dusun Lendang Penyonggok Arifin ketika ditemui Tim KampungTimoerMedia menuturkan jika dirinya dan warganya sangat berharap Pemerintah menyegerakan pengerasan Jalan yang beberapa minggu Lalu telah dijanjikan dan kini sudah berada di meja Dinas PU menunggu tanda tangan Bupati Lombok Timur.

Masih menurut Kadus Arifin , bahwa memang benar jalan sepanjang 2,5 kiolometer yang melintasi wilayah kekadusannya tak pernah tersentuh proyek pengerasan Jalan sejak Zaman kemerdekaan hingga saat ini. Padahal penduduk di dusunnya cukup banyak dan banyak juga siswa yang memanfaatkan jalur ini untuk berangkat ke sekolah.

Kondisi Jalan yang cukup memprihatinkan , penuh lubang dan genangan yang sangat licin jika terjadi musim hujan tentu sangat membahayakan pengendara sepeda motor yang sering melintasi wilayah ini. Sayang hingga tulisan ini dimuat warga lendang penyonggok masih menunggu kapan jalan mereka diperbaiki. Janji  tinggal janji dari berbagai pihak tak jarang membuat mereka apatis dan bosan mendengar tentang perbaikan Jalan karena kerapkali hanya janji-janji tanpa realisasi saja.

Mereka Berharap dengan dimekarkannya Desa Tetebatu menjadi 2 dan Lendang Penyonggok Masuk dalam Wilayah Desa Baru yakni Tetebatu Selatan membuat status Jalan yang juga dapat menembus Joben ini dapat ditingkatkan dan menjadi salah satu prioritas perbaikan Infrastruktur di Desa Baru yang baru seminggu definitif tersebut.

Semoga Saja harapan yang dijanjikan oleh legislatif  PEMDA lombok Timur terhadap mereka tidak berbuah janji-janji Palsu dan akhirnya tetap saja jalan jurusan lendang penyonggok tak pernah tersentuh Aspal Sejak Proklamasi Kemerdekaan Hingga Saat ini dimana Presiden sudah berganti berkali-kali dan pemimpin Desa Tetebatu telah juga regenerasi berulangkali.

Rakyat hanya butuh aplikasi sederhana bukan wacana-wacana dan masterplan kelas elit dan hitech yang ujung-ujungnya tak juga dituntaskan.cukup buatkan saja mereka jalur transportasi yang layak yang memenuhi standar keselamatan untuk lalu lintas aktivitas dan ekonomi sehari-hari.

Mari menunggu dan melihat apakah ada yang peduli dengan masyarakat lendang penyonggok.     

( salman hafiz /kampungtimoermedia ).

Jalan Jurusan Kotaraja-Tetebatu sudah Mulus

Proyek pengaspalan jalan sepanjang 5 Kilometer dari Perempatan Desa Kotaraja hingga pertigaan lekong pituk Desa Tetebatu Selatan hampir rampung dikerjakan.pengerasan jalan yang telah lama menjadi tuntutan warga tersebut akhirnya terwujud dengan alokasi Dana Bantuan dari PT.Newmont Nusa Tenggara.

Namun hasil penelusuran tim KampungTimoer Media  terkait proyek pengerasan Jalan tersebut ada beberapa hal yang kemudian menjadi diskusi hingga keluhan oleh warga khususnya di wilayah Tetebatu Selatan dan Desa Kotaraja bagian Utara. Di antara keluhan tersebut yakni menyangkut kualitas pengaspalan yang menurut warga masih dibawah standar .salah seorang warga Amrullah menuturkan jika standar ketebalan masih tidak sesuai dengan standar minimal pengerjaan proyek yang menjadi aturan baku di Dinas pekerjaan Umum yakni 5 cm. Begitu juga dengan material Aspal dan lebah jalan yang tidak cukup untuk dua kendaraan roda empat.

Kita kecewa dengan kualitas pengerjaan Pengerasan Jalan Jurusan Kotaraja-Tetebatu ini dan tidak ada transparansi dari Kontraktor yang mengerjakan proyek ini minimal dalam bentuk Papan pengumuman spesifikasi proyek dan target penyelesaian serta siapa saja yang terlibat dalam pengerjaan tersebut berikut jumlah dana yang dialokasikan untuk proyek ini tegasnya.

Tak hanya Amrulah warga lainnyapun cukup kecewa dengan kualitas pengerjaan proyek pengerasan Jalan ini namun jika dibandingkan dengan kondisi jalan sebelumnya mereka merasa cukup daripada tidak di aspalkan sama sekali.

Selain kualitas pengerjaan proyek pengerasaan jalan yang terkesan tidak begitu baik dan dibawah standar menurut pengamatan warga. Lamanya proses pengerjaan juga menjadi keluhan tersendiri.waktu yang ditarget hanya seminggu bahkan molor beberapa hari dengan alasan Suplai Material yang masih kurang dan kondisi Alat Berat .hal ini sudah tentu membuat arus lalu lintas harus bersabar selama proses pengerjaan proyek. Karena kontan pada saat pengaspalan berlangsung kendaraan roda empat tidak lagi diperbolehkan melintas di jalur ini , hanya kendaraan roda dua yang mampu melalui sisi kiri-kanan Jalan yang diperbolehkan.

Tentu menjadi keprihatinan tersendiri jika harapan warga selama bertahun-tahun untuk realisasi perbaikan jalan Jurusan Kotaraja Tetebatu harus terjawab dengan pengerjaan pengerasan jalan yang terkesan setengah hati dan jauh dibawah standar .namun lagi-lagi rakyat hanya bisa apa , mereka mungkin saja hanya pasrah dan berkaca dari kondisi jalan sebelumnya yang sungguh sangat memprihatinkan, daripada tidak diperbaiki sama sekali. Kualitas yang burukpun harus mereka terima apalagi tak faham juga mereka dengan lika-liku dan permainan dibalik tender proyek pengerasan Jalan.

Sebagai Warga tetebatu Tentu kami sangat berharap keuntungan terlalu besar yang diraup para kontraktor atau broker kontraktor atau juga para eksekutif dan legislatif kita tk mengorbankan dan melalaikan kepentingan dan hak-hak rakyat.

Salman hafiz/kampungtimoermedia//


Air Bersih Untuk Semua....

Salah satu permasalahan yang paling banyak ditemui baik di kota besar seperti Jakarta  hingga masyarakat di pulau pulau kecil adalah akses ke air bersih.saat daerah lain menghadapi kesulitan tersebut, sebuah Badan Usaha Milik desa di Lendang Nangka , Lombok Timur membuktikan bahwa masyarakat bisa memiliki akses ke air bersih secara berkelanjutan.Selama lebih dari 10 tahun, perusahaan yang diberi nama PAMDES ini mampu membiayai sendiri kebutuhan operasionalnya.walaupun dikelola secara lokal , perusahaan desa ini berhasil mengalirkan air bersih langsung kerumah penduduk, secara lagsung turut menciptakan kehidupan yang lebih baik di negeri yang terus mengalami kesulitan air bersih.

Kita tentu mengetahui bahwa Indonesia dikelilingi oleh air, namun masih banyak kesulitan untuk  menyediakan akses ke air  bersih di Indonesia , terutama di wilayah pedesaan .dalam salah satu laporannya BAPPENAS beserta ADB ( Asian Development Bank ) dan USAID menyebutkan bahwa masih ada lebih dari 100 juta orang yang kesulitan akses air bersih . selain itu , hanya ada sekitar 36 % penduduk pedesaan yang sudah menggunakan fasilitas sanitasi yang memadai , yang membutuhkan pasokan air bersih yang juga memadai.

Minimnya ketersediaan air bersih ini berpengaruh secara langsung ke rendahnya indikator kebersihan dan kesehatan di masyarakat .sekitar 30 % penduduk indonesia mengidap penyakit yang terkait dengan air seperti kolera, tipus, atau diare yang membunuh lebih dari 100 ribu anak setiap tahunnya. Angka-angka ini tidak bisa ditoleransi , mengingat begitu banyak potensi untuk melakukan perubahan.

Jumlah air yang ada di Indonesia sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pedesaan , naun kesulitan distribusi air bersih ke daerah pelosok , mahalnya biaya Instalasi Air , konflik penguasaan sumber air , serta penggunaan sumber daya air yang tidak berkelanjutan menyebabkan masalah air bersih ini seakan tidak pernah selesai.

Masyarakat Di Desa Lendang Nangka , Kabupaten Lombok Timur .NTB. memutuskan untuk menghadapi sendiri masalah ini dengan mengalirkan air bersih langsung ke rumah – rumah penduduk . setelah program bantuan pengadaan air bersih dari UNICEF berakhir di tahun 1976 , masyarakat Lendang Nangka memutuskan untuk meneruskan dan mengembangka program tersebut.

Hal yang paling menginspirasi adalah bahwa masyarakat sendirilah yang mendirikan dan mengelola PAMDES .Para pengelolanya sebelumnya tdak memiliki pengalama atau Kapasitas yang memadai dalam pengelolaan air bersih maupun keuangan perusahaan. Saat ini setiap rumah tangga hanya membayar Rp.10.000 setiap bulannya, dan PAMDES menjanjikan bahwa harga itu tidak akan berubah dalam waktu dekat. Ada 750 Rumah tangga atau sekitar 5000 orang yang menikmati layanan ini.

Pemeliharaan dan pengelolaan perusahaan dijalankan oleh masjid Desa  yang dianggap paling mewakili kepentingan masyarakat di Desa Lendang Nangka. 45 % dari keuntungan perusahaan ini diserahkan ke masjid untuk dikembalikan ke masyarakat dalam bentuk aneka pelayanan sosial.Pengelola juga melakukan perawatan serta memastikan bahwa setiap minggunya  anggota masyarakat menanam pohon secara sukarela untuk menjaga keberlanjutan sumber mata air mereka.

Salman hafizt/kampungTimoer Media.com